Internasional--Lebih dari 660 ribu anak di Jalur Gaza terancam kehilangan masa depan mereka. Mereka kehilangan kesempatan bersekolah lantaran hampir seluruh fasilitas pendidikan di wilayah tersebut hancur lebur akibat serangan Israel.
Peringatan ini datang langsung dari Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini. “Gaza hancur lebur. Begitu juga sistem pendidikannya. Pasukan Israel telah menghancurkan atau merusak sebagian besar sekolah dan fasilitas pendidikan di Gaza,” tulisnya di platform X, seperti dikutipĀ Sputnik, Rabu (3/9/2025).
“Hari ini, alih-alih kembali ke sekolah, seperti kebanyakan anak-anak di seluruh dunia, sekitar 660.000 anak perempuan dan laki-laki di Gaza akan berjuang di antara puing-puing, putus asa, lapar, trauma dan sebagian besar berduka,” tambahnya.
Mencegah ‘Scholasticide’ dan Bencana Kelaparan
Lazzarini kembali menyerukan gencatan senjata segera di Gaza. Menurutnya, gencatan senjata adalah satu-satunya cara untuk menghentikan “bencana kelaparan dan ‘Scholasticide’ yang melanda anak-anak Gaza.” Istilah Scholasticide sendiri merujuk pada kehancuran sistem pendidikan secara sistematis.
Data dari UNRWA yang mengutip Program Aplikasi Satelit PBB (UNOSAT) pada Agustus lalu menunjukkan fakta yang mengerikan: 97 persen bangunan sekolah di Gaza rusak. Dari jumlah tersebut, hampir 92 persen –tepatnya 518 dari 564 bangunan– membutuhkan rekonstruksi total atau perbaikan besar-besaran agar bisa berfungsi kembali.
Sejak 7 Oktober 2023, total 432 bangunan sekolah telah menjadi sasaran gempuran Israel.
Krisis kemanusiaan di Gaza sendiri kian memburuk setelah Israel menolak bekerja sama dengan UNRWA, badan PBB yang selama puluhan tahun bertanggung jawab atas penyediaan bantuan bagi warga Palestina.
Ratusan pusat penyaluran bantuan UNRWA ditutup dan diganti dengan empat pusat distribusi yang dikelola oleh Dana Kemanusiaan Gaza, yang didukung AS dan Israel. Sayangnya, warga Palestina yang mengantre bantuan kerap menjadi sasaran tembak pasukan Israel.



Tinggalkan Balasan