Oleh: Mallarang Tutu (Ketua Fraksi PKS DPRD Provinsi Sulawesi Selatan
Saudaraku, Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dialah yang menjadikan bumi untukmu yang mudah dijalani, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk: 15)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa bumi dan segala isinya adalah amanah dari Allah, dan di antara hamba-hamba-Nya yang paling dekat dengan bumi adalah para petani. Dengan tangan mereka yang penuh sabar, tanah yang gersang bisa menjadi hijau, dan ladang yang kosong bisa mengeluarkan kehidupan.
Maka setiap kita memperingati Hari Tani Nasional pada 24 September, sejatinya kita sedang merenungi kembali betapa besar jasa petani terhadap kehidupan bangsa. Tanpa petani, perut kita akan lapar, dapur kita akan kosong, dan negeri ini akan kehilangan kedaulatan.
Hari Tani tahun ini terasa istimewa bagi saya, karena bertepatan dengan genap setahun saya mengemban amanah sebagai Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan. Allah takdirkan saya berada di Komisi B yang membidangi ekonomi, termasuk ketahanan pangan, serta diberikan kepercayaan untuk memimpin Fraksi PKS. Amanah ini saya pandang bukan sekadar jabatan politik, melainkan bagian dari ibadah dan perjuangan untuk menunaikan hak-hak umat, terutama mereka yang selama ini terpinggirkan.
Dalam setahun ini, saya belajar langsung dari realita di lapangan. Saya melihat bagaimana petani harus berjuang menghadapi harga pupuk yang tinggi, pemasaran hasil panen yang sering merugikan mereka, dan kebijakan yang belum sepenuhnya berpihak. Di ruang-ruang sidang DPRD, suara mereka sering saya lantangkan agar pemerintah tidak menutup mata. Tetapi saya juga meyakini, perjuangan bukan hanya dengan kata-kata, melainkan juga dengan tindakan nyata.
Alhamdulillah, bersama berbagai pihak kami telah menyalurkan bantuan kepada petani: mulai dari benih padi dan jagung dalam jumlah besar, alat mesin pertanian (alsintan), hingga berbagai bantuan lain yang bersumber dari Kementerian Pertanian, APBD Provinsi, bahkan dari kantong pribadi. Semua itu bukan untuk membanggakan diri, melainkan semata-mata sebagai ikhtiar kecil agar para petani merasakan kehadiran wakilnya.
Saya yakin, pertanian bukan sekadar urusan perut atau ekonomi, tetapi bagian dari peradaban. Dari tanah yang diberkahi Allah, lahirlah generasi yang sehat, cerdas, dan kuat. Dari pangan yang cukup, lahirlah bangsa yang berdaulat dan tidak bergantung pada asing. Rasulullah ﷺ pun mengingatkan dalam sebuah hadits:
“Tidaklah seseorang menanam tanaman atau menabur benih, lalu burung, manusia, atau hewan memakan darinya, melainkan itu menjadi sedekah baginya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Betapa mulia pekerjaan petani, hingga setiap tetes keringatnya bernilai ibadah. Karena itu, memperjuangkan kesejahteraan petani bukan hanya tanggung jawab negara, tetapi juga kewajiban moral dan spiritual kita bersama.
Sebagai lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB), saya semakin memahami bahwa ilmu yang kita peroleh di bangku kuliah harus kembali kepada rakyat, mengabdi kepada mereka yang menjadi penopang negeri ini. Maka saya meneguhkan niat untuk terus berada di sisi petani, baik melalui jalur kebijakan maupun melalui pengabdian langsung.
Saudaraku, Hari Tani Nasional ini hendaknya menjadi titik tolak bagi kita semua. Mari bersama kita muliakan para petani, kita dukung perjuangan mereka, dan kita pastikan mereka mendapatkan hak atas sejahtera. Karena dengan petani yang sejahtera, negeri ini akan kokoh berdiri, berdaulat dalam pangan, dan bermartabat di mata dunia.