Jakarta – Di tengah sorotan publik tentang wajah hukum Indonesia, penulis Tere Liye melontarkan kritik tajam terhadap keberadaan Silfester Matutina—pendiri Solidaritas Merah Putih (Solmet), relawan Jokowi, yang belakangan juga merapat ke barisan relawan Prabowo.
Nama Silfester bukan hanya dikenal karena kiprahnya di panggung politik dan sebagai pembela keras keluarga presiden. Ia juga tercatat pernah mendapat kursi komisaris BUMN. Namun, di balik itu semua, ia menyandang status terpidana yang hingga kini belum pernah menyentuh jeruji besi.
“Enam tahun jadi terpidana, tidak kunjung masuk penjara. Satu-satunya di galaksi Bima Sakti yang masih aktif jadi komisaris meski terpidana,” sindir Tere Liye.
Kritik Tere menyorot tajam ketimpangan perlakuan hukum di Indonesia. Ia membandingkan nasib rakyat kecil yang kerap tak berdaya. “Jika emak-emak yang masih menyusui bisa dengan mudah dilempar ke penjara, kalau nenek-nenek, orang miskin, langsung dijebloskan tanpa ampun, kenapa Silfester Matutina ini enam tahun bisa berkeliaran bebas? Bahkan mengaum buas di televisi, di forum-forum diskusi?” tanyanya retoris.
Fenomena ini, menurut Tere, menjadi potret buram hukum yang kerap tumpul ke atas namun tajam ke bawah. “Jika rakyat jelata, bahkan baru tersangka saja sudah ditahan, bagaimana mungkin seorang terpidana masih bisa bebas dan aktif di panggung publik? Apakah hukum di negeri ini sampah saja?” ujarnya getir.
Di akhir kritiknya, Tere menyinggung rasa muak publik. “Kalau hukum bisa terus dipertontonkan seperti ini, buat apa rakyat peduli hukum? Jujur saja, malas bayar pajak kalau melihat fakta-fakta ini,” katanya, seraya mempertanyakan di mana sebenarnya keberadaan Silfester saat ini.