Oleh : Ustadz Suardi,S.Pd.I.,M.M.
(Ketua DPD PKS Gowa)
Assalamu’alaikum Alaikum. Warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kita bisa dipertemukan dengan Bulan yang mulia, bulan ampunanan, bulan penuh rahmat, bulan dibukanya pintu surga, bulan ditutup rapat rapat pintu neraka yaitu bulan Ramadhan. Shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad Sallalahu ‘alaihi Wasallam. Allahumma sholli Wasallam wabarik alaih.
Pada kesempatan kali ini kami akan menyampaikan materi dengan tema, “Makna Marhaban Yaa Ramadhan.”

Apa sebenarnya makna Marhaban?
Dalam bahasa Arab kata marhaban barasal dari kata rahb yang berarti luas atau lapang. Marhaban menggambarkan suasana penerimaan terhadap tamu yang disambut dan diterima dengan lapang dada, dan penuh kegembiraan dan penuh bahagia. Marhaban ya Ramadhan (selamat datang Ramadhan), mengandungi arti bahwa kita menyambut Ramadhan dengan lapang dada, penuh kegembiraan, tidak dengan keluhan.
Rasulullah sendiri senantiasa menyambut gembira setiap datangnya Ramadhan. Dan berita gembira itu disampaikan pula kepada para sahabatnya seraya bersabda: “Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan. Allah telah memfardukan atas kamu puasanya. Di dalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu surga dan dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu seluruh setan. Padanya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam itu maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan” (Hr. Ahmad)
Seorang ulama pun menjelaskan bahwa kebahagiaan yang dilakukan seorang yang beriman pada bulan Ramadan dapat membuat seseorang diharamkan dari siksa neraka.
ﻣَﻦْ ﻓَﺮِﺡَ ﺑِﺪُﺧُﻮﻝِ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺟَﺴَﺪَﻩُ ﻋَﻠﻰَ ﺍﻟﻨِّﻴْﺮَﺍﻥِ
Artinya: “Barang siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, maka Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka. – Riwayat dalam kitab Durrat An-Nasihin.
Marhaban Ramadhan, kita ucapkan untuk menyambut bulan suci itu, karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah swt. Perjalanan menuju Allah swt itu dilukiskan oleh para ulama salaf sebagai perjalanan yang banyak ujian dan tentangan. Ada gunung yang harus didaki, itulah nafsu. Digunung itu ada lereng yang curam, belukar yang hebat, bahkan banyak perompak yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak dilanjutkan. Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan.
Tetapi, bila tekad tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan saat itu akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat yang indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga. Dan bila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya. Untuk sampai pada tujuan tentu diperlukan bekal yang cukup. Bekal itu adalah benih-benih kebajikan yang harus kita tabur di dalam jiwa kita. Tekad yang keras dan membaja untuk memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat dan tadarrus, serta siangnya dengan ibadah kepada Allah melalui pengabdian untuk agama.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan kita kekuatan, kesehatan, keimanan yang kokoh sehingga kita bisa melakukan amaliyah Ramadhan dengan sebaik baiknya. Aamin.
أللهمَّ سَلِّمْنِي لِرَمَضَانَ، وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِي، وَتَسَلَّمْهُ مِنِّي مُتَقَبَّلًا
“Allahumma salimnî li ramadlâna wa sallim ramadlâna lî wa tasallamhu minnî mutaqabbalan”
Artinya: Ya Allah, sampaikan aku dengan selamat kepada bulan Ramadhan. Sampaikanlah Ramadhan kepadaku dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.
Wassalamu ‘Alaikum Warahmatullah
Tinggalkan Balasan