MAKASSAR, SULSEL – Awan rotasi kembali bergulir di langit kepolisian. Menjelang peringatan Hari Bhayangkara ke-79, Mabes Polri resmi menerbitkan surat telegram yang mengubah wajah kepemimpinan sejumlah Polres di Sulawesi Selatan. Bukan hanya sebatas mutasi, tapi juga pembuka lembaran baru di medan pengabdian.

AKBP Zulkarnain, yang hampir dua tahun terakhir memimpin Polres Luwu Timur, kini berpamitan dari Bumi Batara Guru. Perwira dua melati ini ditugaskan sebagai Kapolres Morowali, Polda Sulawesi Tengah. Sosok pengganti yang datang adalah AKBP Ario Putranto, membawa semangat baru untuk membangun sinergi keamanan di wilayah timur Luwu.

Di Luwu lainnya, AKBP Arisandi — salah satu Kapolres terlama di Sulsel — digeser ke Polda Sulsel untuk menjabat sebagai Wakil Direktur Polairud. Arisandi akan berkantor di Makassar, sekaligus kembali berkumpul dengan sang istri, AKBP Rise Sandiyantanti, yang saat ini memimpin Polres Pelabuhan Makassar. Mereka, dua sejoli yang sama-sama lahir dari kawah Akpol, kini bertugas dalam satu atap provinsi.

Pergantian juga menyentuh Barru. AKBP Dodik Susianto meninggalkan posisinya sebagai Kapolres Barru untuk menjabat sebagai Wadirreskrimsus Polda Sulsel. Kursi yang ia tinggalkan diisi AKBP Ananda Fauzi Harahap, perwira muda yang sebelumnya bertugas sebagai Kasatintelkam Polres Metro Jakarta Selatan.

Sementara di kota pelabuhan Parepare, tongkat komando diserahkan kepada sosok yang telah lama bergelut di medan reserse: AKBP Indra Waspada Yudha. Dikenal sebagai “The Drugs Crime Hunter” sejak masa dinasnya di Sidrap, Indra membawa pengalaman panjang dalam memburu pelaku kejahatan narkotika dan tindak pidana ekonomi. Ia menggantikan AKBP Arman Muis, yang kini dipercaya sebagai Irbid di Itwasda Polda Sulsel.

Pergeseran ini tertuang dalam Surat Telegram Kapolri bernomor ST/1422, ST/1423, dan ST/422/VI/KEP/2025, tertanggal 24 Juni 2025, dan ditandatangani langsung oleh Irjen Pol Anwar atas nama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Mutasi adalah keniscayaan dalam tubuh Polri. Namun, bagi wilayah yang ditinggalkan maupun disambangi, tiap rotasi membawa harapan akan dedikasi baru—dan wajah-wajah baru yang bersiap menorehkan pengabdian mereka di medan yang belum tentu ramah, tapi selalu memanggil.